Hankam  

Ikuti Kearifan Lokal, Binmas Damai Cartenz Bersama Warga Mimika Gelar Bakar Batu

Timika – Satgas Binmas Noken Operasi Damai Cartenz menggelar acara bakar batu bersama tokoh masyarakat dan tokoh adat, di komplek Pasar Kampung Bintang Lima Distrik Kwamki Narama, Kabupaten Mimika, Papua.

Kaops Damai Cartenz yang diwakili Waka Ops 1 Damai Cartenz Kombes Pol. Bambang Widjanarko Baiin mengatakan, upacara bakar batu ini sebagai penanda bahwa situasi di seluruh wilayah Mimika, aman dan damai.

Bakar Batu adalah sebagai alat bersilaturahmi dengan keluarga dan kerabat, menyambut kabar bahagia dan sebagai tanda perdamaian antar kelompok yang sebelumnya ada konflik atau peperangan,” ujar Bambang, Sabtu (1/10/2022).

Kombes Pol. Bambang Widjanarko juga menyampaikan bahwa upacara bakar batu ini merupakan simbol kesederhanaan masyarakat Papua. Menggambarkan adanya persamaan hak, keadilan, kebersamaan, kekompakan, kejujuran, dan ketulusan, serta keikhlasan yang membawa pada perdamaian.

Disamping itu, Kasatgas Binmas Ops Damai Cartenz Kombes Pol. Nanang Purnomo menjelaskan bahwa Upacara Bakar Batu yang dilaksanakan Satgas Binmas Operasi Damai Cartenz bersama masyarakat Mimika yang juga dihadiri oleh keluarga korban mutilasi bertujuan untuk membangun kembali kepercayaan masyarakat terhadap Polri dan TNI.

“Semoga dengan terlaksananya kegiatan bakar batu bersama ini, keluarga korban mutilasi dengan sepenuhnya dapat mempercayai proses hukum yang sedang berjalan. Polri dan TNI komitmen transparan dalam menproses hukum para pelaku,” tambahnya.

Sementara tokoh agama Giman Magai mengimbau masyarakat dalam pengungkapan kasus mutilasi agar percaya sepenuhnya terhadap Proses Hukum yang sedang berjalan.
“Kita serahkan sepenuhnya pada proses hukum. Kita berharap para pelaku akan mendapatkan hukuman yang seadil adilnya,” jelasnya.

Dilokasi, hadir juga Kapolres Mimika AKBP I Gede Putra, Dandim 1710/Mimika Letkol Inf Dedy Dwi Cahyadi dan kepala distrik sewilayah Mimika menyaksikan langsung prosesi Bakar Batu.

Satgas Binmas bersama masyarakat kaum laki-laki menyalakan api dan memanaskan batu. Kemudian menyiapkan daging 4 ekor Babi untuk dimasak. Sedangkan para Polwan-polwan bersama mama-mama terlihat sibuk membersihkan sayur-sayuran, keladi dan umbi-umbian.

Batu yang dibakar dipastikan dahulu benar-benar membara. Kemudian bagian atasnya di tumpuk makanan dan daging. Setelah semuanya matang, masyarakat memulai ritual adat sebagai bagian dari budaya setempat atau kearifan lokal. Makanan dan Babi -babi dibawa ke lokasi ritual. Masyarakat kemudian mengolah dan menghidangkan untuk para tamu.

Kepala Kampung Bintang Lima, Tonte Yanengga mengatakan bahwa Bakar batu merupakan ritual memasak bersama yang bertujuan untuk mewujudkan rasa syukur kepada Tuhan sang Pencipta dan Pemberi Kehidupan.

“Dalam tradisi bakar batu terdapat makna mendalam, yakni sebagai ungkapan syukur pada Tuhan dan simbol solidaritas yang kuat,” pungkasnya. *fer

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *