Pesantren An-Nahdlah Adakan Seminar Cegah Radikalisme

DEPOK – Pesantren An-Nahdlah Depok menyelenggarakan seminar berjudul Santri Cerdas dan Beriman untuk NKRI, kerjasama dengan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Depok, dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Kota Depok, Minggu (21/01/2018).

Acara ini bertujuan untuk memperkuat pemahaman para santri terhadap hubungan nilai-nilai Islam Ahlu sunnah wal Jamaah an-Nahdliyah dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selain itu, acara ini juga bertujuan mengelola dan membina santri agar memahami pentingnya ideologi dan sistem demokrasi Indonesia. Terutama dalam rangka menangkal radikalisme dan isu SARA.

Acara ini dihadiri oleh Wakil Ketua Tanfidziyah PCNU Kota Depok Kyai Ahmad Solechan, M.Si., dan Analis Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Kunto Nugroho, S.Sos., beserta jajaran pimpinan, kepala sekolah Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah An-Nahdlah.

Dalam seminar tersebut, Achmad Solechan sebagai pembicara pertama memaparkan tentang pentingnya aswaja an-nahdliyah bagi para santri. Selain itu, ia juga menjelaskan tentang sistem khilafah Islamiyah yang tidak relevan dengan bangsa ini. Sebab, Masyarakat Indonesia sangat beragam dan sudah berdamai dengan system demokrasi. Ia juga memaparkan terkait perbedaan sistem khilafah pada zaman Khulafaur Rasyidin dan masa dinasti. Ia berpesan kepada para santri untuk selalu cinta tanah air dan tidak mudah terpancing dengan isu-isu SARA.

“Harapan kami, edukasi tentang aswaja dan NKRI akan terus diselenggarakan di pesantren-pesantren yang ada di Depok. Hal itu penting untuk mengajarkan kepada santri tentang hubbul wathan” Kata Kyai Alech.

Hal senada juga diungkapkan oleh pembicara kedua, Kunto Nugroho. Menurutnya, radikalisme merupakan awal mula terjadinya tindakan seperti ektremisme dan terorisme. Ia menyebutkan bahwa berdasarkan data yang dihimpun pada 2016 hingga 2017, anak muda dan remaja di usia sekolah sangat rentan terkena ideologisasi negatif semacam itu.

“Saya kira acara ini sangat penting, agar para santri tahu apa itu radikalisme, dan seperti apa menyikapinya agar tidak terjebak di dalamnya. Selain itu, penting juga untuk para santri mengimplementasikan toleransi dalam kehidupannya sehari-hari,” tambahnya.

Kunto memaparkan tentang data-data dan penyebab terorisme yang terjadi di Indonesia. Media sosial menjadi sorotan utama penyebaran paham radikalisme. Beberapa kasus bom yang terjadi di Indonesia, ternyata disebabkan oleh proses radikalisasi yang terjadi di media sosial facebook. Ia mencontohkan kasus pengeboman di Surabaya dan Mojokerto baru-baru ini menunjukkan bahwa pengebomnya telah diradikalisasi dengan kurun waktu yang tidak begitu lama, yakni sekitar 4 hingga 6 bulan saja. Dalam kurun waktu yang singkat, mereka dapat sangat radikal dan akhirnya menjadi ekstremis.

Dalam acara tersebut, turut hadir pula Ketua Umum PMII Cabang Kota Depok, Ahmad Luthfi. Ia menyambut baik dan berkomitmen untuk meneruskan program penguatan kebangsaan dan nasionalisme di pesantren-pesantren di Kota Depok.

“Saya kira sinergitas pesantren dan PMII perlu dijaga. Hal itu mengingat maraknya berita hoax dan ujaran kebencian bermunculan di media sosial. Sebagai penguat kaum intelektual muda NU, peran serta PMII sangat dibutuhkan untuk mengedukasi para santri untuk selalu selektif,” lanjut Luthfi.

Dengan terselenggaranya acara ini, Pesantren An-Nahdlah, PCNU dan PMII Kota Depok akan terus ikhtiar dan berkomitmen menyerukan kewaspadaan terhadap isu-isu SARA, radikalisme, dan ekstremisme. (ferry)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.