Rekonstruksi Nasionalisme, Buah Perenungan Kombes Pol Langgeng Purnomo Terhadap Dinamika Nasionalis Kebangsaan

Kombes Pol Langgeng Purnomo bersama Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Karyoto dan Wakapolda Metro Jaya, Brigjen Pol Suyudi Ario Seto di acara bedah buku "Rekonstruksi Nasionalisme, Jati Diri Bangsa Merajut Nusantara Untuk Mewujudkan Perdamaian Dunia” karya Langgeng Purnomo di Museum Sumpah Pemuda, Jakarta Pusat, Kamis, (1/6).

Jakarta – Kata rekonstruksi nasionalisme kini mulai mengemuka. Dan pencetusnya adalah Kombes Pol Langgeng Purnomo. Seorang perwira menengah Polri berpangkat melati tiga yang saat ini menjabat Karo SDM Polda Metro Jaya.

Kata rekonstruksi nasionalisme ini dituangkan Langgeng dalam sebuah buku berjudul “Rekonstruksi Nasionalisme, Jati Diri Bangsa Merajut Nusantara Untuk Mewujudkan Perdamaian Dunia”. Buku ini adalah buah dari perenungannya tentang dinamika dan fluktuasi makna nasionalis kebangsaan di masyarakat.

Dalam tulisannya di buku ini, perwira jebolan Batalyon Patria Tama Akpol 1995 ini membuat pemahaman untuk mengajak seluruh elemen bangsa memahami lagi nasionalisme dengan rasa dan karsa. Bukan sekadar
pemahaman nasionalisme yang positivistik, linier, dan bekerja seperti sebuah mesin.

Rekonstruksi nasionalisme, menurut Langgeng dalam bukunya, bisa diartikan seperti upaya untuk memperbaiki pemahaman nasionalisme di masyarakat yang terlalu kaku dan baku menjadi fleksibel dengan turut menyertakan hati. Bukan lagi pemahaman yang kaku tegak lurus bersandar pada ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai acuannya pada kehidupan sehari-hari.

“Pemahaman nasionalisme yang positivistik, linier itu bekerja seperti mesin. Harus kita rekonstruksi menjadi pemahaman nasionalisme melalui rasa dan karsa untuk menjaga dan melestarikan ekosistem kehidupan,” kata Langgeng, Kamis, (1/6) malam.

Secara gamblang, tuturnya, perihal rekonstruksi nasionalisme dalam bukunya adalah ajakan hati untuk bersama-sama mengembalikan makna mencintai tanah air Indonesia yang sebenarnya. Terkhusus untuk para pihak di masyarakat yang gagal paham, gagal fokus dan gagal nalar tentang NKRI.

Melalui perantara media buku ini, Langgeng juga mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama menata lagi nilai kesakralan dari Pancasila, UUD NRI tahun 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI.

Dengan penggunaan paham nasionalisme yang sudah terekonstruksi, segala perbedaan yang ada di bumi pertiwi secara otomatis akan dilihat, dinilai, serta dipahami sebagai sebuah rahmat Tuhan.

“Alam semesta yang teratur memberi contoh dan mengajarkan kepada kita bahwa semua ini adalah sesuatu yang telah tersusun rapi membentuk suatu sistem dari banyaknya benda angkasa yang bergerak teratur dengan fungsi dan peran yang berbeda-beda,” papar Langgeng.

“Masing-masing akan berada pada garis edar orbitnya dan tidak akan saling bertabrakan. Sebaliknya malam membentuk suatu keteraturan di alam semesta,” tambahnya.

Perumpamaan tersebut, Langgeng melanjutkan, tinggal disinkronisasikan ke pemahaman Bhinneka Tunggal Ika di masyarakat Indonesia. Jika diibaratkan tubuh kita yang terdiri dari berbagai macam organ dan bentuk, semuanya tetap akan saling melaksanakan tugas fungsinya sebagai sistem untuk membuat kita dapat hidup utuh sebagai manusia yang bisa beraktivitas.

Demikian juga halnya dengan keragaman Bhinneka Tunggal Ika di NKRI. Suatu keniscayaan bahwa perbedaan yang ada merupakan suatu rahmat bagi kita semua. Jika kita bisa menyikapinya seperti keteraturan alam semesta, maka rahmat itu yang dapat menghadirkan perdamaian bagi kehidupan ini.

‘Sekali lagi, melalui buku ini, saya ingin mengajak semua elemen bangsa untuk tobat nasional kembali ke jati diri bangsa kita. Kita semua akan kembali ke Sang Pencipta, Allah SWT, Tuhan YME,” kata Langgeng.

“Karena itulah, sebelum kembali, saya ingin mengajak semuanya bisa menerapkan Pancasila dalam tindakan nyata untuk menyelesaikan berbagai permasalahan kemanusiaan demi terwujudnya perdamaian dunia. Dan dalam buku ini saya menyebutnya sebagai jalan cinta tanah air,” sambung pria kelahiran Kebumen, 15 Juni 1972 ini mengakhiri pernyataannya. Bembo

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *