Jakarta – Harga telur meningkat tajam dalam beberapa hari ini, dan berada di kisaran 28 – 35 ribu rupiah di pedagang tradisional ini bisa dibilang harga tertinggi dalam lima tahun terakhir. Kisaran harga tersebut di tiap pasar berbeda- beda, sangat variatif di pasar tradisional terkait harga, normalnya harga telur 23- 24 ribu rupiah perkilogram dan kenaikannya sangat signifikan sampai menembus harga lebih dari 30.000,-
Ketua bidang Hubungan Antar Lembaga Induk Koperasi Pedagang Pasar (Inkopas) Andrian Lame Muhar, mengatakan penyebab naiknya harga tersebut mungkin pakan. Pakan ternak seperti jagung masih import, tapi Pemerintah saya liat sedang mengupayakan supaya pakan jagung tidak import, akan di upayakan jagung dari NTB supaya bisa nemenuhi pasokan pakan peternak- peternak ayam petelur.
”Kebijakan pemerintah terkait kenaikan harga telur sangat baik, mudah- mudahan langkah- langkah kongkritnya bisa dilaksanakan dengan cepat,” ujar Andrian saat di temui awak media baru-baru ini (26/08).
Lebih lanjut Andrian menjelaskan sistem pasar adalah linier yang artinya apabila apabila pasokan pakan harganya tinggi maka harga yang akan sampai konsumen juga akan tinggi.
“Kami para pedagang pasar sistemnya linier, dari peternak sudah tinggi pasti masuk kepasar juga tinggi, jadi pedagang pun akan menjual lebih tinggi lagi, jadi dampaknya konsumen akan berteriak jika pedagang menjual tinggi, Yang jadi terkendala jika konsumen berteriak, maka omset pedagang akan menurun, para penggemar telur mungkin beralih ke protein nabati tidak ke telur lagi,” sambungnya.
Akan tetapi tidak semua pasar mengalami hal tersebut. Karena setiap pasar kisaran harga jualnya berbeda- beda, jika yang menjual tinggi otomatis omset akan menurun.
Daya Beli Menurun
Tingginya harga telur juga berpengaruh pada komunitas warteg, mereka mulai mengurangi pembelian telurnya, begitu juga komunitas rumah makan padang juga seperti itu, otomatis omset pedagang menurun. Hanya konsumen rumah tangga yang menengah keatas tetap membeli
”Saya optimis Pemerintah bisa menurunkan harga pakan sehingga biaya produksi ayam petelur kita bisa murah,” harap Andrian.
Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan menegaskan harga telur akan kembali turun pada di bawah Rp 30 ribu/Kg pada akhir September mendatang. Dimana hal ini merupakan siklus yang terjadi pada industri unggas.
Pakan Impor
Pakan untuk ayam kebanyakan import , untuk jagung kita baru mulai mengambil dari NTB, tapi sisa nya import, tepung kedelai import, mudah- mudahan saja subtitusi pakan ada, dan jagung hasil pakan untuk dalam negeri mumpuni sehinggga harga telur tidak naik signifikan.
Hal- Hal Yang Dilakukan Inkoppas Terhadap Kenaikan Kenaikan Telur
Inkoppas ikut mendorong pemerintah agar apa yang bisa di lakukan di dalam negeri untuk di produksi di dalam negeri, agar tidak perlu impor karena impor terkait harga di negara pengekspornya, apabila di negara tersebut harga tinggi dan perubahan kurs yang sangat signifikan akan sangat berbahaya, kalau di dalam negeri bisa kita kerjakan, seperti pakan dan apapun yang bisa lakukan di dalam negeri kenapa tidak kita coba budidayakan, khususnya di kementerian pertanian juga untuk mengembangkan hal- hal tersebut.
Terkait Bansos Tentang Harga Telur
“Saya dapat informasi terkait kenaikan harga telur karena bansos, dari informasi media,” terangnya.
Kemudian Saya dapat informasi dari Kementerian Sosial hal tersebut di bantah, karena bantuan yang sekarang adalah bantuan tunai bukan dalam bentuk telur, jadi agar tidak menimbulkan kisruh juga di pedagang kami, dengan bantuan tunai untuk masyarakat tidak mampu membeli sembako dan tidak di haruskan untuk membeli telur, jadi terserah masyarakat untuk apa bantuan tersebut, jadi tidak ada pemborongan telur dari Kementerian Sosial,” pungkasnya. [AS]