Jakarta – Sasza Chyntara Nabilla, mahasiswi program doktor dari Departement of Materials, Universitas Oxford, membahas risetnya dalam seminar dan diskusi oleh Oxford Indonesia di Universitas Katolik Atma Jaya, Jakarta, Rabu (09/01/2019).
Dalam pemaparannya, dia membahas tentang penyakit Chron’s Disease (penyakit kron). Penyakit ini menyebabkan terjadinya peradangan pada seluruh lapisan dinding sistem pencernaan (gastrointestinal tract/GI) dari mulut hingga anus.
Namun pada kebanyakan kasus, penyakit chron sering menyerang pada bagian usus kecil, tepatnya pada bagian ileum dan usus besar (kolon).
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko munculnya penyakit ini diantaranya keturunan, gangguan sistem kekebalan tubuh, merokok dan riwayat infeksi. Prognosisnya adalah kelanjutan dari Short Bowel Syndrome (SBS) yang dapat mengakibatkan malnutrisi, gangguan elektrolit, malabsorpsi dan kematian.
Alasannya, sekitar satu juta orang menderita penyakit chron, sebanyak 79 persen diantaranya memerlukan operasi pemotongan usus dan sebanyak 39 persen pasien akan memerlukan operasi pemotongan usus lanjutan dalam kurun waktu 8 – 10 tahun.
Namun lanjut Sasza, beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko munculnya penyakit ini, diantaranya keturunan, gangguan sistem kekebalan tubuh, merokok dan riwayat infeksi.
“Prognosisnya adalah kelanjutan dari Short Bowel Syndrome (SBS) yang dapat mengakibatkan malnutrisi, gangguan elektrolit, malabsorpsi dan kematian,” tegasnya.
Dilain sisi, Sasza yang meraih gelar Masternya dari National Taiwan University of Science and Technology itu, juga meneliti hydrogel tissue expander, yang merupakan material terbaharukan untuk mengatasi masalah SBS dengan cara mengembangkan jaringan baru di usus.
Pada prinsipnya, kata Sasza, hydrogel dapat mengembang secara osmosis melalui cairan tubuh tanpa membutuhkan injeksi dari perangkat luar atau inflasi manual.
“Hydrogel akan diaplikasikan dan diimplan pada usus kecil, khususnya di distal ileum. Pada saat proses ekspansi hydrogel, pertumbuhan usus kecil dipacu oleh produksi force dari hydrogel expander yang dapat meregangkan ileum,” ujarnya.
Namun, berapa jumlah force yang diperlukan untuk meregangkan ileum dengan aman masih belum diketahui, sehingga desain dari hydrogel yang akan diimplan di dalam usus akan menjadi sangat krusial.
Bahkan dia memastikan, hasil risetnya inilah yang kali pertama dilakukan di belahan dunia. Tapi wanita cantik berkewarganegaraan Indonesia itu, tidak menyangkal risetnya ini belum sempurna. Maka dari itu, lulusan Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya (ITS) itu berharap para praktisi dan dunia medis agar memberikan kritik dan saran demi kesuksesan penelitiannya.
Sebenarnya tujuan penelitian Sasza adalah untuk menciptakan hydrogel expander device yang dapat mengatasi masalah-masalah terkait pembedahan untuk penyakit chron.
Hal tersebut dibeberkan Sasza didepan peserta seminar yang diikuti oleh dosen dan mahasiswa serta praktisi kesehatan dan sejumlah awak media cetak dan elektronik.
Pemaparan tersebut bekerjasama dengan Perhimpunan Alumni Universitas Oxford di Indonesia (The Oxford Society of Indonesia), yang diketuai oleh Rio Haminoto beserta rekan sesama alumni.
Universitas Oxford ‘dipercaya’ mulai berdiri sejak akhir abad 11 dan merupakan universitas tertua dunia yang berbahasa Inggris. Terdiri dari 38 konstituen kolese dan 6 Permanent Private Hall independen yang membentuk The University of Oxford, selama berabad-abad tetap dan selalu mendidik para mahasiswa – mahasiswinya dalam semboyan ‘Dominus Illuminatio Mea’ atau Tuhan Adalah Cahayaku dalam usahanya untuk memperkaya peradaban manusia dan umat manusia dalam segala bidang. fer