Jakarta – Koordinator Staf Ahli Kepala Staf Angkatan Darat (Korsahli KASAD), Letjen TNI I Nyoman Cantiasa lekat dikenal sebagai jenderal super cerdas nan membumi dengan segudang pengalaman tempur di wilayah konflik. Tak ada yang meragukan hal tersebut darinya.
Jenderal bintang tiga kelahiran Bubunan, Seririt, Buleleng, Bali, 26 Juni 1967, ini juga tercatat sebagai lulusan terbaik Akademi Militer (Akmil) tahun 1990 dari kecabangan infanteri. Berkat prestasinya ini, Cantiasa pun berhak menerima penghargaan Adhi Makayasa dan Tri Sakti Wiratama ketika dilantik sebagai perwira muda berpangkat Letnan Dua di Istana Negara kala itu.
Adhi Makayasa adalah penghargaan kepada lulusan terbaik TNI-Polri. Untuk TNI terbagi dalam tiga matra yakni, matra darat dari Akademi Militer (Akmil) Magelang, matra laut dari Akademi Angkatan Laut (AAL) Surabaya, dan matra udara dari Akademi Angkatan Udara (AAU) Yogyakarta.
Sementara Tri Sakti Wiratama adalah penghargaan prestasi tertinggi gabungan mental, fisik, dan kecerdasan intelektual. Dilansir dari laman resmi Komando Pasukan Khusus (Kopassus), Cantiasa pernah berdinas di Batalyon Libur (Para Raider) 328/Dirgahayu Kostrad. Setelah itu, tugas militer ayah dua anak ini banyak berkutat di lingkungan Korps Baret Merah, khususnya di satuan elite Kopassus, Satuan-81 Kopassus (Gultor).
Cantiasa kenyang pengalaman tugas bersama Batalyon Aksi Khusus (Aksus) yang kini dinamai Batalyon 811. Di Batalyon ini, dia juga pernah menjadi komandan di 2006, dua tahun setelah menuntaskan pendidikan Sesko TNI AD pada 2004.
Cantiasa juga pernah menjabat sebagai Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus ke – 31 menggantikan Eko Margiyono. Acara serah terima jabatan itu berlangsung di Lapangan Makopassus, Cijantung, Jakarta Timur, 1 Februari 2019.
Dari sana, dia lalu dipercaya menduduki jabatan Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) XVIII/Kasuari ke – 3 menggantikan Ali Hamdan Bogra pada 26 Agustus 2020. Lepas jabatan Pangdam, Cantiasa pun mendapat tambahan pangkat bintang di pundak menjadi tiga. Seiring kenaikan pangkat ini, dia mendapat promosi jabatan sebagai Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Pangkogabwilhan) III ke – 4 menggantikan Jeffry Apoly Rahawarin pada 21 Januari 2022.
Tahun 2023 ini tercatat sebagai tahun ke – 33 masa tugas dan kariernya di militer. Dan jabatan Korsahli KASAD menjadi jabatannya yang kedua dengan pangkat tiga bintang alias Letnan Jenderal. Dan bilamana Tuhan menghendaki, tak menutup kemungkinan juga buatnya mengakhiri karier dengan sempurna bersama empat bintang di pundak alias menjadi jenderal. Anything is possible if God wills it. Aamiin.
Selain pangkat tiga bintang, Jenderal super cerdas ini juga punya raihan belasan tanda jasa selama berkarier. Di tulisan ini kali, belasan tanda jasa dimaksud itu coba diulas sebagai bentuk penghormatan atas kapabilitas, loyalitas dan integritasnya sebagai seorang prajurit Komando.
Berikut ini adalah belasan tanda jasa yang dimiliki Letjen TNI I Nyoman Cantiasa:
1. Bintang Yudha Dharma Pratama
Dilansir dari laman resmi Kementerian Sekretariat Negara, Bintang Yudha Dharma adalah bintang yang dianugerahkan kepada mereka yang telah mendarmabaktikan diri melebihi dan melampaui panggilan kewajiban dalam pelaksanaan tugas pembinaan dan pengembangan serta menghasilkan karya yang benar-benar dirasakan manfaatnya oleh pemerintah dan NKRI.
Tanda kehormatan Bintang Yudha Dharma Pratama berpita kalung. Tanda kehormatan Bintang Yudha Dharma dapat dianugerahkan kepada Warga Negara Indonesia (WNI) dan Warga Negara Asing (WNA) yang memenuhi persyaratan.
2. Bintang Kartika Eka Paksi Pratama
Bintang Kartika Eka Paksi adalah bintang yang dianugerahkan kepada mereka yang telah menunjukkan kemampuan, kebijaksanaan, dan jasa luar biasa melebihi panggilan kewajiban untuk kemajuan dan pembangunan TNI Angkatan Darat.
Tanda Kehormatan Bintang Kartika Eka Paksi Pratama berpita gantung. Tanda Kehormatan Bintang Kartika Eka Paksi dapat dianugerahkan kepada WNI dan WNA yang memenuhi persyaratan.
3. Bintang Yudha Dharma Nararya
Tanda kehormatan ini berpita gantung. Bintang Yudha Dharma adalah bintang yang dianugerahkan kepada mereka yang telah mendarmabaktikan diri melebihi dan melampaui panggilan kewajiban dalam pelaksanaan tugas pembinaan dan pengembangan serta menghasilkan karya yang benar-benar dirasakan manfaatnya oleh pemerintah dan NKRI.
4. Bintang Kartika Eka Paksi Nararya
Tanda kehormatan ini berpita gantung seperti kelas pratama. Bintang ini kelas ke-3 dalam tanda kehormatan Bintang Kartika Eka Paksi.
5. Satyalancana Dharma Bantala
Tanda kehormatan ini merupakan Satyalancana militer yang derajatnya sama dengan Satyalancana lainnya. Tanda kehormatan Satyalancana Dharma Bantala tidak berkelas.
Tanda Kehormatan Satyalancana Dharma Bantala berpita gantung dan dianugerahkan atau diberikan dengan keputusan presiden.
6. Satyalancana Kesetiaan 24 Tahun
Satyalancana militer ini juga sama seperti Satyalancana Dharma Bantala, yakni tidak berkelas dan berpita gantung, serta dianugerahkan atau diberikan dengan keputusan presiden.
7. Satyalancana Kesetiaan 16 Tahun
Tanda jasa ini seperti di atas nomor 6. Tanda kehormatan Satyalancana Kesetiaan untuk memberikan penghargaan kepada prajurit TNI yang berjasa luar biasa menunjukkan kesetiaannya kepada TNI, bangsa dan negara, dengan ketentuan telah melakukan tugas dinas ketentaraan selama delapan tahun, 16 tahun, 24 tahun, atau 32 tahun penuh secara terus-menerus; dan setia dengan bekerja bersungguh-sungguh tanpa cacat.
8. Satyalancana Kesetiaan 8 Tahun
Satyalancana militer ini sama dengan nomor 6 dan 7 di atas. Dasar hukumnya adalah Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan.
9. Satyalancana Gerakan Operasi Militer (GOM) VII
Dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 59 Tahun 1958 Tentang Satyalancana Peristiwa Gerakan Operasi Militer, Pasal 21 ayat (1) disebutkan bahwa Satyalancana Gerakan Operasi Militer VII diberikan kepada anggota angkatan perang yang secara aktif sekurang-kurangnya 90 hari terus-menerus atau 180 hari terputus-putus dalam jangka waktu 2 tahun mengikuti gerakan operasi militer terhadap peristiwa di Aceh yang terjadi sejak 20 September 1953 hingga waktu yang akan ditentukan oleh Menteri Pertahanan.
Sedangkan Pasal 22 ayat (1) menyebutkan bahwa Satyalancana Gerakan Operasi Militer VII berbentuk seperti dilukiskan dalam daftar lampiran, ialah sebuah satyalencana bundar berliku-liku, dibuat dari logam berwarna perunggu, bergaris tengah 25 milimeter, di sebelah muka dilukiskan tulisan G.O.M. VII dengan dilingkari rangkaian padi dan kapas dengan warna perunggu, di sebelah belakang dilukiskan tulisan Republik Indonesia.
Pasal 22 ayat (2) disebutkan bahwa pita Satyalancana Gerakan Operasi Militer VII berukuran lebar 25 milimeter, panjang 35 milimeter, berwarna dasar merah dengan 5 strip tegak berwarna hijau-tua yang lebarnya masing-masing 2 milimeter dan yang letaknya sebagai berikut: strip ketiga terletak di tengah-tengah pita; jarak antara strip ketiga dan strip-strip kedua dan keempat masing-masing I milimeter, sedangkan jarak antara strip kedua dan strip kesatu dan jarak antara strip keempat dan strip kelima masing-masing 5 milimeter.
Pasal 23 dalam PP ini berbunyi bahwa Satyalancana Gerakan Operasi militer VII diberikan kepada bekas anggota angkatan perang dan warga negara Republik Indonesia bukan anggota angkatan perang yang menjalankan tugas kemiliteran dan yang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam Pasal 21 menurut tata-cara pemberian yang akan diatur oleh Menteri Pertahanan.
10. Satyalancana Ksatria Yudha
Satyalancana militer yang derajatnya sama dengan Satyalancana lainnya ini juga tidak berkelas, berpita gantung, dan dianugerahkan atau diberikan dengan keputusan presiden.
Tanda jasa ini untuk memberikan penghargaan kepada prajurit TNI yang telah menunjukkan pengabdian, kecakapan, dan kedisiplinan dalam melaksanakan tugas khusus di kesatuan khusus selama paling singkat dua tahun secara terus-menerus atau tiga tahun secara tidak terus-menerus; atau berjasa luar biasa dalam melaksanakan tugas khusus pada kesatuan khusus, baik latihan-latihan maupun tugas khusus beresiko tinggi yang dapat mengakibatkan gangguan kejiwaan, kecacatan fisik, ataupun kematian.
11. Satyalancana Raksaka Dharma/GOM IX
Ketentuan pemberian tanda jasa ini diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 26 Tahun 1969 Tentang Satyalancana Peristiwa Gerakan Operasi Militer IX yang selanjutnya disebut Satyalancana Raksaka Dharma.
Dalam Pasal 4 ayat (1) PP itu menyebutkan bahwa Satyalancana Raksaka Dharma adalah sebuah Satyalancana bundar berliku-liku, dibuat dari logam berupa perunggu, mempunyai garis tengah 35 mm. Di sebelah muka dilukiskan tulisan Raksaka Dharma dan gambar burung cenderawasih dengan tulisan GOM-IX di dalamnya yang semuanya ini berada dalam lingkungan lukisan rangkaian padi dan kapas.
Kemudian, di sebelah belakang Satyalancana dilukiskan tulisan Republik Indonesia. Pita Satyalancana ini berukuran lebar 35 mm dan panjang 55 mm, berwarna dasar hitam, dengan 5 lajur tegak berwarna merah tua, yaitu satu lajur selebar 5 mm di tengah dengan dua lajur di sisi kanan dan dua lajur di sisi kiri masing-masing selebar 11/2 mm.
12. Satyalancana Dharma Nusa
Satyalancana militer yang derajatnya sama dengan Satyalancana lainnya ini pun berkelas, berpita gantung, dianugerahkan atau diberikan dengan keputusan presiden. Tanda Kehormatan Satyalancana Dharma Nusa dapat dianugerahkan kepada WNI yang memenuhi persyaratan.
Adapun tujuan pemberian tanda jasa ini untuk memberikan penghargaan kepada prajurit TNI, anggota Polri, dan PNS yang berjasa di dalam melaksanakan tugas operasi pemulihan keamanan, serta WNI lainnya yang telah berjasa dalam membantu operasi pemulihan keamanan di daerah bergejolak dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
13. Satyalancana Wira Nusa
Tujuan pemberian tanda jasa ini untuk memberikan penghargaan kepada prajurit TNI yang telah bertugas dan mendarmabaktikan diri untuk pengamanan pulau terluar Negara Kesatuan Republik Indonesia paling singkat 90 hari secara terus-menerus atau 120 hari secara tidak terusmenerus dalam satu kali penugasan.
Waktu pemakaian tanda jasa ini pada waktu upacara resmi atau hari-hari besar nasional. Cara pemakaiannya digantungkan.
14. Satyalancana Wira Dharma
Syarat khusus pemberian tanda jasa ini tertuang dalam Pasal 46 PP Nomor 35 Tahun 2010. Pasal 46 ayat (1) disebutkan bahwa prajurit TNI yang telah bertugas dan mendarmabaktikan diri untuk pengamanan perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia paling singkat 90 hari secara terus-menerus atau 120 hari secara tidak terus-menerus dalam satu kali penugasan.
Satyalancana militer yang derajatnya sama dengan Satyalancana lainnya ini pun tidak berkelas, berpita gantung, dianugerahkan atau diberikan dengan keputusan presiden.
15. Satyalancana Seroja
Ketentuan tanda jasa ini diatur dalam PP Nomor 3 Tahun 1978 Tentang Satyalancana Seroja. Pasal 1 dalam PP itu menyebutkan bahwa Satyalancana Seroja diadakan untuk memberi penghargaan kepada anggota Angkatan Bersenjata Republik Indonesia yang berjasa dalam melaksanakan tugas negara untuk menanggulangi gangguan keamanan oleh gerombolan-gerombolan pengacau dari luar perbatasan terhadap kestabilan wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur khususnya dan kestabilan wilayah Negara Republik Indonesia umumnya, serta yang memenuhi syarat-syarat seperti tersebut dalam Pasal 2.
Sedangkan Pasal 2 menyebutkan bahwa syarat-syarat penganugerahan Satyalancana Seroja ialah syarat-syarat umum sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Darurat Nomor 4 Tahun 1959 tentang Ketentuan-ketentuan Umum mengenai Tanda-tanda Kehormatan, dan syarat khusus, yaitu pada 21 Mei 1975 atau sesudahnya melaksanakan tugas negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1.
Tanda jasa ini berbentuk bundar berliku-liku, dibuat dari logam berwarna perunggu, dan mempunyai garis tengah 35 milimeter. Di sebelah muka tengah dilukiskan bunga seroja dengan tulisan seroja yang keduanya dilingkari rangkaian padi dan kapas.
Rangkaian padi dan kapas lukisan bunga seroja dan tulisan seroja terletak di dalam lingkaran yang mempunyai garis tengah 30 milimeter. Di sebelah belakang Satyalancana dilukiskan tulisan Republik Indonesia.
Pita Satyalancana ini berbentuk pita gantung berukuran lebar 35 milimeter, mempunyai warna dasar biru dengan lima lajur tegak berwarna kuning yang membagi lebar pita menjadi 11 bagian dengan ukuran sebagai berikut: bagian tepi sebelah kanan dan sebelah kiri masing-masing lebar empat milimeter; sembilan bagian lainnya masing-masing lebar tiga milimeter.
16. Satyalancana Dwidya Sistha
Satyalancana militer yang derajatnya sama dengan Satyalancana lainnya ini juga tidak berkelas, berpita gantung, dianugerahkan atau diberikan dengan keputusan presiden. Tanda kehormatan Satyalancana Dwidya Sistha dapat dianugerahkan kepada WNI dan WNA yang memenuhi persyaratan.
Sedangkan tujuan tanda jasa ini untuk memberikan penghargaan kepada Prajurit TNI dan WNI bukan prajurit TNI berjasa di dalam kemajuan dan pertumbuhan TNI yang karena jabatannya selaku guru/instruktur pada lembaga pendidikan TNI telah menunjukkan kesetiaannya, prestasi kerja, serta berkelakuan baik paling singkat dua tahun secara terus-menerus atau tiga tahun secara tidak terus menerus atau tiga angkatan secara terus-menerus atau berjumlah empat angkatan secara tidak terus-menerus dan WNA yang pernah menjadi guru atau instruktur di lingkungan TNI dan dinyatakan berjasa di bidang pendidikan, pertumbuhan, dan pembinaan TNI.
17. Satyalancana Wira Karya
Tujuan tanda jasa ini untuk memberi penghargaan kepada WNI, yang telah memberikan darma baktinya yang besar kepada nusa dan bangsa hingga dapat dijadikan teladan bagi orang lain.
Tanda jasa ini merupakan Satyalancana sipil yang derajatnya sama dengan Satyalancana lainnya, tidak berkelas, berpita gantung, dianugerahkan atau diberikan dengan keputusan presiden, dapat dianugerahkan kepada WNI yang memenuhi persyaratan dan WNA yang berjasa besar terhadap negara R.I, serta dapat dianugerahkan secara anumerta.
18. Satyalancana Kebaktian Sosial
Tanda kehormatan yang diberikan sebagai penghargaan kepada warga negara Indonesia yang telah berjasa besar dalam di bidang perikemanusiaan pada umumnya atau dalam sesuatu bidang perikemanusiaan pada khususnya yang terkait dengan bidang kesejahteraan sosial. Hal tersebut berdasarkan Keputusan Menteri Sosial Nomor 36/HUK/2004 Tentang Pedoman Penganugerahan Tanda Kehormatan Satyalancana Kebaktian Sosial. Bembo