Jakarta – Debat kedua Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 antara Joko Widodo (Jokowi) konta Prabowo Subianto sudah tuntas digelar. Hasilnya, berdasarkan data PoliticaWave tanggal 17 Februari 2019, Jokowi menang telak 4-0 atas Prabowo.
Kemenangan petahana ini diambil berdasarkan empat poin survei. Pertama adalah poin trend of awareness, kemudian elektabilitas kandidat, lalu share of awareness, dan terakhir share of citizen.
Berdasarkan trend of awareness, Jokowi memeroleh angka 355.104, unggul 29.971 angka dari Prabowo yang mengantongi 325.133.
Kemudian di sisi elektabilitas kandidat, Jokowi mendapatkan 677.511 suara berbanding 613.415 milik Prabowo.
Di poin share of awareness, skor Jokowi makin meninggalkan Prabowo dengan perolehan 1.286.533 suara berbanding 1.023.087 punya Prabowo.
Terakhir, di poin share of citizen skor Jokowi tak terkejar lagi sekaligus menyegelkemenangan mutlak dengan 198.403 suara atau mencapai 59,1%, jauh di atas Prabowo yang cuma mengantongi 137.423 suara atau sebanyak 40,9%.
Analisis sosial politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Ubedilah Badrun mengatakan, kemenangan telak yang diraih Jokowi dalam debat kedua Pilpres 2019 tak lepas dari miskinnya ide baru yang dilontarkan Prabowo.
Hanya ada sedikit pemaparan tentang inovasi kebijakan jika ia nanti terpilih untuk memimpin negeri ini.
“Dalam catatan saya cuma ide menyelamatkan lingkungan hidup akan dipisah antara menteri kehutanan dan menteri lingkungan hidup yang dilontarkan Prabowo,” kata Ubedilah, Senin (18/2).
“Selebihnya tidak ada yang baru, hanya pengulangan.”
“Bahkan Prabowo seperti mati kutu saat Jokowi menyinggung ada ratusan ribu hektare tanah di Kaltim dan Aceh yang dimiliki Prabowo, terlepas dari status tanahnya adalah HGU,” tambahnya lagi.
Dikatakannya juga, selain miskin ide, saat debat kedua Prabowo juga lemah dalam membuat pertanyaan tajam terkait energi, pangan, sumber daya alam (SDA), infrastruktur, dan lingkungan hidup.
“Prabowo seperti terlalu santai dan kurang memanfaatkan waktu dengan baik,” ujar Ubedilah.
“Ada dua kali kesempatan ia melewatkan dengan mengatakan cukup. Padahal ia punya cukup waktu untuk menyampaikan gagasannya,” ia menandaskan. bem