Jakarta – Sosok Oesman Sapta Odang sepertinya sudah dikaruniai jiwa petarung sejak lahir. Makanya itu, meski tengah didera kesulitan tingkat ‘langit’ sekali pun, tak pernah ada kata menyerah buatnya bertarung dan menaklukkan kesulitan.
Jika kalah, dia bakal cepat bangkit lagi untuk kembali bertarung. Terus seperti itu. Baru berhenti jika dia sudah memastikan kesulitan yang dihadapi takluk dan dirinya punya jalan keluar atas kesulitan yang dihadapi.
Gambaran ini juga bisa diartikan semangat juangnya yang tak pernah kendor dan ciut meski sedang kalah. Ini, tak ubahnya seperti istilah staying power yang melekat di timnas Jerman era 1980-1990-an. Tak pernah menyerah hingga pluit akhir laga dibunyikan, Oesman Sapta pun demikian. Kalah, bangkit lagi dan berjuang, kalah lagi, kembali bangkit lagi. Sampai akhirnya target kemenangan itu bisa digenggam. Baru jeda. Begitulah cerminan otentik seorang petarung yang selalu ditunjukkan Oesman Sapta Odang dalam hidupnya.
Oesman Sapta Odang adalah putra dari pasangan suami istri Odang dan Asnah Hamid. Dia lahir di Sukadana, Kalimantan Barat, 18 Agustus 1950. Oesman – lebih akrab selanjutnya kita sapa OSO -sejak kecil tercatat sangat aktif di berbagai kegiatan olahraga. Dia bahkan pernah beberapa kali menjadi numero uno balapan mobil tingkat nasional dan internasional.
Pun begitu, prestasi dan keaktivannya di kegiatan luar ruang rupanya berbanding terbalik dengan kegiatan dalam ruang. OSO cuma menyelesaikan sekolah formalnya hingga tingkat SMA. Itu juga dituntaskan lewat jalur kejar Paket C.
Tapi kembali, karena terlahir sebagai seorang petarung, kekurangan itu mampu ditebus OSO saat dewasa. Melalui karya-karya kerja yang dihasilkannya, OSO dianugerahi gelar doktor kehormatan (HC) dari Senior University International, USA pada tahun 1999.
Kiprah dewasa OSO dimulai dari jalur bisnis. Berkembang dan terus berkembang, hingga akhirnya bisa punya kerajaan bisnis sendiri dengan bendera OSO Group. Kerajaan bisnisnya ini bergerak di banyak bidang usaha. Mulai dari percetakan, pertambangan, air mineral, properti, perkebunan, perikanan, transportasi, komunikasi, dan perhotelan. Perlahan tapi pasti, namanya pun membesar sebagai sosok pengusaha daerah yang sukses.
Sukses di dunia bisnis, rupanya juga bukan jaminan bisa menetralisir jiwa petarung OSO untuk mencari tantangan baru. Panggung politik pun diliriknya.
Nama OSO sebagai politikus mulai muncul dan berkibar kencang saat jadi wakil Ketua MPR 1999-2004 dari perwakilan utusan daerah.
Tingginya antusiasme juga passion yang kuat dengan dunia politik membuat OSO makin percaya diri. Dia lalu mendirikan Partai Persatuan Daerah (PPD). Namun beberapa kali pemilu, partai ini nyatanya tak mampu meloloskan wakilnya ke DPR RI. Mungkin karena dianggap kurang hoki, OSO lalu mengganti nama PPD menjadi Partai Persatuan Nasional (PPN).
Sampai di sini, OSO masih merasa sepak terjangnya di kancah nasional kurang greng. Kuda-kuda pergerakannya pun diperlebar lagi. OSO mulai aktif terlihat di banyak organisasi masyarakat, organisasi olahraga, sampai ke organisasi profesi. Sampai kemudian memasuki Pemilu 2014, satu ikrar tegas dicetuskan OSO; “Jiwa saya kembali terpanggil untuk bertarung mendapatkan satu kursi Dewan Perwakilan Daerah atau DPD”. Dan OSO akhirnya memang menang. Satu kursi wakil rakyat jalur DPD pun jadi miliknya.
Tak berhenti sampai di situ. Saat pemilihan ketua MPR RI, pimpinan DPD RI mengajukan nama Oesman Sapta Odang sebagai calon pimpinan MPR bersama calon lain yang diajukan pimpinan DPR RI. Dan paten, proses Oesman Sapta Odang untuk jadi Wakil Ketua MPR RI 2014-2019 berjalan mulus dan lancar jaya. Oesman Sapta terpilih sekaligus jadi kali kedua menjabat Wakil Ketua MPR.
Ini jabatan keduanya yang sama sebagai Wakil Ketua MPR periode 1999-2004. Karier politiknya pun terus bergulir. Tahun 2017, dirinya secara aklamasi dinobatkan sebagai Ketua DPD sehingga jabatan Wakil Ketua MPR pun dilepas. OSO juga diminta secara aklamasi sebagai Ketua Umum DPP Hanura 2016-2020 dan berlanjut ke periode 2019 – 2024.
Kemudian menyoal target yang bakal dikejar ‘Sang Petarung’ ke depannya, tanpa banyak cakap OSO cuma menyebut angka 4 persen untuk Hanura dari ambang batas parlemen Pemilu 2024.
“Target menang, tidak perlu pakai persentase. Karena kalau persentase tetapi tidak menang, ngapain? Jadi, target kami menang dan masuk parlemen (DPR RI),” demikian pernyataaan OSO usai Partai Hanura jalani verifikasi faktual oleh KPU RI di Kantor DPP Partai Hanura, Jakarta, Sabtu, (13/10) tahun lalu. bembo
KELUARGA
Istri : Serviati Oesman
Anak : – Raja Sapta Oktohari
– Raja Sapta Aji
– Raja Sapta Ervian
– Putri Selaras Oesman
PENDIDIKAN
SLTP Pontianak
SMA Paket C (2006)
DR (HC) Senior University International, USA, 1999
KARIER
Ketua Umum DPP Hanura 2016-2020
Wakil Ketua MPR RI 2014-2019
Wakil Ketua MPR Periode 1999 -2004
Ketua HKTI 2010 – Sekarang
Ketua Tim Delegasi Karate Indonesia di Kuala Lumpur , Malaysia Juni 1999
Ketua Umum Asosiasi Koperasi Kelapa Indonesia 2002 – Sekarang
Ketua Umum Pengurus Pusat KKI 2002 – 2006
Wakli Ketua MPR RI Periode 199 – 2004
Ketua Umum DPP Partai Persatuan Daerah 2002 – 2004
Ketua Kadin Daerah Provinsi Kalimantan Barat 1998 – 2004
Pendiri Oesman Sapta Odang (OSO) Sport Center di Grand Wisata, Bekasi, Jawa Barat
Komisaris Lion Air
Ketua Umum Pengurus Pusat KKI 2006 – 2011
Ketua Umum Periode Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) 15 Juli 2010 – Sekarang
Ketua Umum Pengda KKI Provinsi Kalimantan Barat 1975 – 1977
Ketua Umum Pengda KKI Provinsi Kalimantan Barat 1975 – 1980
Ketua III Pengurus Pusat KKI 1980 – 1983
Ketua Persatuan Sepak Bola Indonesia (PSSI), Pengda Provinsi Kalimantan Barat 1992
Ketua Tim Delegasi Karate Indonesia di Kuala Lumpur , Malaysia Juni 1999
Ketua Umum Pengurus Pusat KKI 2002 – 2006
Ketua Umum Pengurus Pusat KKI 2006 – 2011
Ketua Umum Asosiasi Koperasi Kelapa Indonesia 2002 – Sekarang
PENGHARGAAN
Juara Pertama Balap Mobil Nasional Kelas 1300 cc di Jakarta 1974
Juara Ketiga Kejuaraan Balap Mobil Internasional 1600 cc di Thailand 1983
Juara Kedua Kejuaraan Balap Mobil Internasional 1300 cc di Penang,Malaysia 1984
Juara Pertama Kejuaraan Balap Mobil Internasional 1300 cc di Batutiga,Malaysia 1984
Diangkat Sebagai Keluarga Besar Suku Dayak Kayan
DR (HC) Senior University International, USA, 1999
Gelar Adat Dari Masyarakat Minangkabau Sebagai Dato Bandaro Sutan Nan Kayo, 2003