Jakarta – Pensiun dari jabatan ketua umum Ikatan Citra Alumni Taiwan se-Indonesia (ICATI) tak mengartikan aktivitas Rini Lestari di dunia pendidikan Indonesia – Taiwan juga turut pensiun. Bahkan, justru bisa dibilang makin sibuk.
Selepas di ICATI, kini wanita smart kelahiran 10 April itu aktif di Taiwan Education Center (TEC) Indonesia. Di lembaga tersebut, Rini mengemban peran strategis sebagai seorang chairman. Kapasitas dan kapabilitasnya sebagai seorang mentor pendidikan yang mumpuni pun kembali dibuktikan.
Pada 4 hingga 8 November lalu, Rini Lestari yang didampingi Manager TEC Indonesia, Tania, melakukan lawatan kerja ke Yogyakarta, Salatiga, dan Semarang. Ada sejumlah agenda penting yang dibawa dan dibahas di ketiga daerah tersebut.
Kegiatan di Yogyakarta
Agenda pertama yang dilakukan Rini Lestari bersama rombongan adalah melakukan penandatanganan nota kesepahaman antara Universitas Atmajaya Yogyakarta dengan Universitas Tunghai. Penandatanganan dilakukan bersama antara Rini Lestari selaku chairman TEC Indonesia yang mewakili Tunghai dengan Rektor Universitas Atmajaya Yogyakarta, Dr Gregorius Sri Nurhantanto. Penandatangan kerjasama kedua universitas ini juga turut disaksikan perwakilan Tunghai yakni Henk Vynckier dan Evonne Liu.
Setelah itu, Rini Lestari bersama rombongan melanjutkan kegiatannya di provinsi berjuluk Kota Pelajar itu dengan mendatangi tempat kursus bahasa Mandarin, Xin Lung. Di tempat ini, Rini Lestari disambut pemilik Xin Lung yang juga ketua Asosiasi Guru Bahasa Mandarin Yogyakarta, Sanny.
“Kunjungan kami ke Xin Lung tidak lama. Meski begitu, pembahasan yang dilakukan cukup penting dan strategis karena kami dari TEC berharap Xin Lung punya peranan untuk menyiapkan kemampuan bahasa Mandarin pelajar Indonesia yang ingin melanjutkan pendidikan ke Taiwan,” jelas Rini Lestari.
BACA JUGA:
Bersiap Gelar Taiwan Education Fair 2018, Chairman TEC Indonesia Kunjungi UGM dan Atmajaya
Usai dari Xin Lung, Rini Lestari meneruskan kegiatannya ke Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gajah Mada ( FKG UGM). Di sini Rini Lestari bertemu dengan Dekan FKG UGM, Dr drg Ahmad Syaify Sp. Perio (K). Dalam pertemuan ini, Ahmad Syaify meminta bantuan TEC Indonesia agar dicarikan universitas di Taiwan yang bisa diajak kerjasama di bidang kedokteran gigi.
“Kami sangat merespons permintaan Dekan FKG UGM tersebut. Dan dalam pembicaraan itu kami sudah merekomendasikan Chung Shan Medical University. Pasalnya, universitas tersebut termasuk satu dari beberapa universitas yang punya nama besar di Taiwan,” terang Rini.
Selepas dari FKG UGM, aktivitas Rini beserta rombongan kemudian berlanjut ke Bagian Internasional UGM untuk mematangkan rencana gelaran Taiwan Education Fair yang akan dilaksanakan pada 7 Februari 2018 di kampus UGM. Pembahasan dilangsungkan dalam suasana cair namun serius bersama Head Office of International Affairs UGM, I Made Andi Arsana Ph.D. Selain itu, juga turut dibahas rencana TEC Indonesia untuk membuka kantor perwakilan di lingkungan kampus UGM.
Selain di Yogyakarta, Taiwan Education Fair 2018 yang diikuti lebih dari 20 universitas di Taiwan rencananya juga akan diadakan di Bandung pada 5 Februari dan di Semarang pada 9 Februari. Khusus di Yogyakarta, kami lg berkordinasi mengundang “Gubernur Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X utk membuka kegiatan ini ,” ucap Rini.
Setelah beraktivitas di UGM, masih di hari yang sama Rini Lestari beserta rombongan langsung berburu waktu ke Universitas Duta Wacana. Di sini Rini Lestari kembali mewakili Universitas Tunghai untuk menandatangani nota kesepahaman kerjasama dengan Rektor Universitas Duta Wacana, Ir Henry Feriadi MS.c, Ph.D. Butir-butir kesepakatan yang ditandatangani bersama di antara kedua universitas itu di antaranya tentang pertukaran mahasiswa, pertukaran tenaga pengajar, riset, dan summer camp.
Mengakhiri lawatan kerjanya di Yogyakarta, Rini Lestari bersama rombongan mengunjungi Universitas Ahmad Dahlan. Di tempat ini Rini Lestari yang diterima Head fof International Office Universitas Ahmad Dahlan, Ida Puspita SS, MA, melakukan presentasi singkat mengenai kualitas pendidikan dan kehidupan di Taiwan.
“Kami menyosialisasikan kualitas pendidikan di Taiwan yang tidak kalah dengan kualitas pendidikan di Amerika Serikat dan Eropa. Kami juga mengimbau agar pelajar dan mahasiswa muslim di Indonesia tidak ragu memilih pendidikan di Taiwan karena di sana ada banyak makanan halal dan masjid. Sekolah-sekolah di Taiwan juga menyediakan mushalla untuk memudahkan pelajar dan mahasiswa muslim beribadah,” papar Rini ketika itu.
Berakhir di Semarang
Setelah merampungkan lawatan di Yogyakarta, keesokan harinya yakni pada 8 November kunjungan kerja Rini Lestari bersama rombongan berpindah ke Kota Salatiga. Di daerah yang punya julukan De Schoonste Stad van Midden-Java itu, Rini Lestari mendatangi Universitas Kristen Satya Wacana untuk mempresentasikan pendidikan Taiwan.
Kunjungan ini disambut oleh Director Bureau of Cooperation and International Relations Universitas Satya Wacana, Frances Sinanu.
“Secara umum materi presentasi yang disampaikan sama seperti yang dilakukan di Universitas Ahmad Dahlan. Kami paparkan kualitas pendidikan di Taiwan yang tinggi, termasuk infrastruktur penunjang pendidikan yang sangat modern,” jelas Rini.
“Tidak lupa kami juga jelaskan bahwa biaya hidup di Taiwan termasuk murah dan semua pelajar Indonesia lulusan Taiwan punya kelebihan ekstra karena menguasai bahasa Mandarin dan Inggris,” sambungnya lagi.
Mengakhiri lawatannya di Jawa Tengah, Rini Lestari mendatangi Unika Soegijapranata di Semarang dan bertemu dengan Benny D. Setianto selaku wakil rektor universitas tersebut. Kunjungan ini merupakan tindak lanjut dari lawatan Rini dua tahun lalu ke Unika Soegijapranata. TEC Indonesia rencana akan bekerja sama di bidang language center dan Taiwan corner di perpustakaan kampus Unika .