Jakarta – PDI Perjuangan memutuskan untuk mengusung duet Karolin Margret Natasa dan Suryadman Gidot sebagai calon gubernur dan wakil gubernur untuk Pemilihan Gubernur Kalimantan Barat 2018.
Karolin saat ini menjabat sebagai bupati Landak. Dia juga merupakan putri dari Gubernur Kalimantan Barat saat ini, Cornelis. Sementara Suryadman Gidot adalah mantan bupati Bengkayang dua periode. Dia juga pernah jadi anggota DPRD Kalimantan Barat.
Keputusan partai berlogo banteng moncong putih untuk mengusung Karolin-Gidot ke Pilgub Kalbar 2018 ini sudah diprediksi banyak pihak. Apalagi Kalbar adalah lumbung suara PDI Perjuangan dan punya posisi strategis dalam kostelasi politik nasional.
“Torehan prestasi Karolin saat dua kali Pemilu Legislatif sebagai kampiun peraup suara tingkat nasional, prestasinya sebagai bupati Landak, serta determinasi sosial politiknya yang tinggi menjadikannya pilihan yang rasional dan logis dari PDI Perjuangan,” jelas pakar komunikasi politik Universitas Indonesia, Ari Junaedi kepada Topikonline.co.id, beberapa waktu lalu.
Menurut Ari, PDI Perjuangan selalu melihat dari sisi PDLT (prestasi, dedikasi, loyalitas, tidak tercela) untuk membuat keputusan memilih figur pemimpin. Dari empat sisi tersebut, Karol dianggap punya kualifikasi terbaik di antara semua calon yang muncul untuk Pilgub Kalbar 2018.
“Ketua Umum DPP PDI Perjuangan, Megawati, punya feeling tajam untuk membaca situasi politik. Sama halnya seperti waktu memilih Jokowi untuk DKI Jakarta, Trismaharini untuk Kota Surabaya, Nurdin Abdulah untuk Bantaeng, Hasto Wardoyo untuk Bantul, dan Abdulah Aswar Anas untuk Banyuwangi,” kata Ari.
“Sekarang feeling itu kembali digunakan untuk memutuskan memilih Karol ke Pilgub Kalbar. Tak beda dengan keputusannya memilih TB Hasanudin untuk Jawa Barat dan Safaruddin untuk Kaltim,” imbuhnya lagi.
BACA JUGA:
Dilanjutkan Ari, dari berbagai simulasi lembaga survei yang digelar untuk Pilgub Kalbar 2018 juga menempatkan Karol sebagai calon dengan elektabilitas tertinggi di antara calon lainnya.
Ditambah lagi, sambung Ari, Karol memilih berduet dengan Suryaman Gidot yang juga ketua DPD Partai Demokrat Kalbar untuk melahirkan imej sebagai kombinasi calon pemimpin terkuat berikutnya untuk Kalbar.
“Karol dan Gidot adalah kolaborasi pemimpin tua dan muda yang berasal dari dua partai besar. Ini jadi modal soliditas yang sangat kuat untuk memenangi Pilgub Kalbar dan menggetarkan calon pasangan lainnya,” beber Ari.
Menurut Ari, Karol bisa dianggap sebagai figur pemimpin Zaman Now atau pemimpin yang sangat mengerti keinginan dan aspirasi mayoritas masyarakat. Sebagai pemimpin, lanjutnya, Karol tak pernah segan dan ragu untuk turun ke bawah mendatangi rakyatnya.
Pola ini juga selaras dengan karakter Suryadman Gidot yang jadi pasangan Karol di Pilgub Kalbar. “Keduanya punya visi dan misi yang sama untuk memajukan Kalbar dan menjadikan Kalbar lebih hebat dari sekarang. Benar-benar jadi duet pasangan yang ngeri-ngeri sedap saat nanti diturunkan ke gelanggang Pilgub Kalbar,” tegasnya.
Secara pribadi, Ari Junaedi mengaku sangat optimis bahwa duet Karol – Gidot akan menjadi pemenang di Pilgub Kalbar 2018. Karol, kata Ari, sudah menyerap banyak ilmu kepemimpinan dari ayahnya, Cornelis. Dan ilmu tersebut sudah berhasil dipraktikkan saat menjadi calon tunggal pada Pilkada Landak 2017 lalu.
“Karol punya kemampuan dari ayahnya untuk menjadikan lawan-lawan politiknya sebagai kawan. Dia juga punya kemampuan komunikasi yang sangat baik untuk berbaur dengan masyarakatnya. Dan kemampuan ini juga sudah diakui SBY dengan restunya untuk memasangan Suryadman Gidot sebagai wakil Karol di Pilgub Kalbar 2018. Karena itu saya yakin Karol – Gidot bakal jadi pemenangnya,” demikian Ari Junaedi. (iwan)