Pontianak – Calon Gubernur Kalimantan Barat nomor urut dua, dr. Karolin Margret Natasa berharap masyarakat kabupaten Sambas bisa memanfaatkan peluang besar dari keberadaan PLBN Aruk untuk meningkatkan perekonomian masyarakat.
“Keberadaan border Aruk menjadi peluang besar bagi masyarakat Sambas untuk meningkatkan perekonomiannya. Kita melihat Border ini sebagai sebuah peluang besar, sebelum Border terbuka, Sambas bisa dikatakan sebagai daerah mati, karena sebagai daerah terujung, tentu orang Sambas datang hanya untuk berkunjung kesana dan bukan daerah lintasan,” kata Karolin di Sambas, Rabu (14/3/2018).
Menurutnya, dengan adanya border, maka ada akses baru untuk arus lalu lintas barang dan orang sehingga pemerintah memperjuangkan supaya akses perbatasan bisa dipermudah agar bisa diikuti perekonomian masyarakat yang semakin terbuka. “Saya yakin pak Presiden Jokowi memiliki harapan yang sama dimana border ini bukan hanya sekedar pintu keluar masuk keluar negeri, tetapi lebih dari itu, border bisa menjadi akses peningkatan ekonomi masyarakat,” katanya
Mantan anggota DPR itu menambahkan, Permasalahan perbatasan memang tidak sederhana. Di satu sisi, keinginan pemerintah mempermudah akses serta menyejahterakan rakyat di kawasan lintas batas negara sangat tinggi, namun di sisi lain, hambatan birokrasi masih sering serupa tembok tebal.
“Untuk itu diperlukan suatu regulasi yang benar-benar pas agar antara keinginan dan kondisi dilapangan bisa sejalan. Ini tentu menjadi PR bagi kita agar keberadaan PLBN yang sudah dibangun di Kalimantan Barat, khususnya di Aruk Sambas ini bisa benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat,” kata Karolin.
Karolin juga menambahkan, dirinya menyadari, sejak diresmikannya Pos Lintas Batas Border Aruk-Sajingan pada Maret 2017 hingga kini kondisinya belum memberikan manfaat berarti bagi masyarakat, sehingga perlu kebijakan pemerintah membuka pintu perbatasan dalam berbagai aktivitas antarnegara, Indonesia-Malaysia.
Border Sambas, Biawak-Malaysia saat ini hanya dibuka untuk perlintasan orang. Ini sangat tragis melihat kondisi PLB Aruk-Sajingan, apalagi mengingat kita sudah menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN.
“Untuk bisa bersaing, maka Border Aruk-Sajingan termasuk perbatasan Paloh juga harus dibuka seluas-luasnya agar ekonomi masyarakat bisa bersaing dengan negara lainnya,” tegasnya kembali.
Dirinya yakin, jika border perbatasan yang ada di Sambas dibuka seluas-luasnya maka optimistis roda perekonomian masyarakat Sambas akan meningkat. Sebab dengan jalur keluar masuk perbatasan maka peluang usaha akan banyak sehingga ekonomi masyarakat Sambas bisa meningkat secara signifikan.
“Kita akan mendorong dan memperjuangkan agar border Aruk-Sajingan maupun Paloh dibuka seluas-luasnya seperti halnya perbatasan Entikong.
Saat ini border Aruk yang berbatasan langsung dengan Sarawak Malaysia hanya dibuka untuk perlintasan orang, dimana seharusnya, border tersebut bisa dilewati dengan kendaraan tanpa harus mendapat izin perjalanan dari border Entikong,” jelas Karolin.
Border Aruk juga bisa memperoleh surat jalan kendaraan atau road tax, karena sekarang infrastruktur sudah memadai.
“Untuk membuka border di Aruk merupakan kewenangan dari pemerintah pusat, Kita akan berupaya mendorong agar border aruk dapat dibuka sepenuhnya,” tutup Karolin. (wan)