
JAKARTA – Universitas Pertahanan (Unhan) menggelar Internasional Defense Science Seminar (IIDSS) ke-2 tahun 2018. Seminar dilaksanakan di Jakarta, 11-12 Juli 2018. Seminar yang mengusung tema “Strengthening Defense Diplomacy to Address Common Security Challenges” ini menghadirkan para pakar pertahanan dunia.
Mewakili Presiden Jokowi, Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), Wiranto membuka seminar Indonesia International Defence Science (IIDS) ke-2 Tahun 2018.
“Saya mewakili Presiden Jokowi yang sedianya akan hadir dalam pembukaan seminar IIDS, namun karena kesibukan beliau yang sangat padat, maka saya ditunjuk untuk membuka seminar ini,” kata Wiranto.
Ia berharap dengan seminar yang menghadirkan para pakar pertahanan dunia dapat menghasilkan pemikiran-pemikiran yang positif bagi kebijakan-kebijakan strategis pertahanan. Menurut dia, sejak bangsa Indonesia didirikan, Indonesia telah berkomitmen untuk ikut dalam perdamaian dunia, dimana tercantum dalam UUD 1945.
“Tema yang diusung ini sangat relevan dengan amanat konstitusi. Dimana, diplomasi pertahanan merupakan salah satu cara menciptakan perdamaian dan perdamaian dunia harus diperjuangkan untuk diwujudkan. Oleh karena itu, dibutuhkan komitmen yang tinggi, kerja keras yang berkelanjutan,” katanya.

Hal yang sama diungkapkan oleh Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu yang mengatakan, pentingnya penguatan diplomasi pertahanan dalam menghadapi masalah global. Menurut dia, Kementerian Pertahanan sudah mengimplementasikan diplomasi pertahanan melalui pendekatan persahabatan dengan empat kekuatan besar yakni Amerika Serikat, Rusia, China dan ASEAN.
“Pendekatan ini ditujukan untuk mewujudkan stabilitas kawasan. Dampak positif yang dirasakan yakni kondisi Laut China Selatan (LCS) yang mereda dan terciptanya kondisi kawasan yang stabil,” ucapnya.
Rektor Universitas Pertahanan, Letjen TNl Dr. Yoedhi Swastanto, M.B.A. mengatakan bahwa IIDSS merupakan seminar lnternasional yang diadakan dalam rangka mengatasi tantangan keamanan global ditinjau dari perspektif diplomasi pertahanan.
“Seminar IIDSS juga diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu pertahanan,” katanya.
Ditempat yang sama, pengamat militer dan intelijen Susaningtyas Kertopati menilai, Indonesia International Defense Science Seminar (IIDSS) 2018 yang diselenggarakan oleh Unhan adalah forum ilmiah yang diakui masyarakat dunia.
“Dibandingkan penyelenggaraan IIDSS tahun lalu, para pembicara internasional dan peserta seminar ini lebih banyak dan lebih beragam latar belakang kepakarannya menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan,” ujarnya.

Perempuan yang akrab disapa Nuning ini menyebut, topik-topik seminar juga sangat khas dari sudut pandang pertahanan negara dan keamanan nasional sebagai cakupan disiplin ilmu pertahanan.
Topik “Weapon of Mass Destruction” sangat relevan dengan situasi terkini di Timur Tengah dan Semenanjung Korea. Topik “Terrorism and Separatism” juga dinilai banyak pakar sangat tepat sebagai masukan kepada pemerintah Indonesia.
“Bahkan Topik “Media and Information Warfare” sangat tepat dibahas di tengah maraknya fake news, hate speech dan lain-lain yang sangat mengganggu masyarakat Indonesia akhir-akhir ini,” ujar Nuning.
Mantan anggota Komisi l DPR ini berharap, aparat keamanan dan kalangan akademisi dapat berinteraksi selama seminar tersebut berlangsung sebagai salah satu wujud persatuan dan kesatuan.
Dalam seminar IIDS 2018 ini terdapat 24 orang pembicara baik dari dalam maupun luar negeri. Acara ini diikuti oleh negara-negara seperti Australia, Jepang, Korea, Vietnam, Selandia Baru, Thailand. Termasuk 24 kampus seperti Universitas Indonesia (UI), ITB, IPB dan UGM, dengan total lebih dari 1.000 peserta. [Adang]